BAB
II
STUDI
LITERATUR
2.1
Aspek Finansial
Analisis
aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu usaha dari segi
keuangan melalui keputusan pengalokasian sumber daya yang terbatas ke dalam
suatu peluang investasi yang ada, sehingga dapat memberikan keuntungan yang
maksimal. Analisis kelayakan finansial ini ditujukan untuk mengetahui tingkat
kelayakan usaha suatu perusahaan. Analisis finansial dilakukan dengan
menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi, yaitu Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),
dan Payback Periode (PBP) (repository.ipb,
2012). Adapun kegunaan dari aspek finansial sebagai berikut (lab industri
lanjut, 2012):
a.
Memperlihatkan
aliran keluar masuknya kas perusahaan.
b.
Sebagai pengambilan
keputusan investasi.
c.
Memperlihatkan
sejauh mana usaha perusahaan di dalam mengembalikan modal kerja yang telah
dikeluarkan.
Aspek
finansial meliputi anggaran rutin dan pembangunan dari suatu instansi
pemerintahan. Aspek finansial dapat dianalogikan sebagai aliran darah dalam
tubuh manusia, maka aspek finansial merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan
dalam pengukuran kinerja (Tangkilisan, 2005).
Menurut
pendapat kelompok, aspek finansial yaitu mempelajari dana investasi, sumber dana,
prediksi penerimaan, biaya dan rugi-laba, proyeksi keuangan serta mempelajari
manfaat dan biaya finansial. Aspek finansial diperlukan untuk mengevaluasi
dapat tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan baik.
2.2
Biaya Produksi
Biaya produksi adalah sejumlah
pengorbanan ekonomis yang harus dikorbankan untuk memproduksi suatu barang.
Menetapkan biaya produksi berdasarkan pengertian tersebut memerlukan kecermatan
karena ada yang mudah diidentifikasikan, tetapi ada juga yang sulit
diidentifikasikan dan hitungannya. Secara
umum unsur biaya tersebut dapat dibagi atas tiga komponen biaya, berikut (repository.usu, 2012):
a.
Komponen biaya bahan, meliputi semua bahan yang
berkaitan langsung dengan produksi.
b.
Komponen biaya gaji atau upah tenaga kerja.
c.
Komponen biaya umum (biaya overhead pabrik)
meliputi semua pengorbanan yang menunjang terselenggaranya proses produksi.
Biaya
produksi adalah seluruh pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
menghasilkan barang dan jasa. Macam-macam biaya produksi, yaitu (Joko, 2010):
a.
Biaya tetap (Fixed
Cost atau FC): biaya yang jumlahnya tidak berubah dalam jangka waktu
tertentu. Contoh: biaya mesin.
b.
Biaya variabel (Variable Cost atau VC): biaya yang jumlahnya selalu berubah sesuai
dengan jumlah besar kecilnya jumlah produksi. Contoh: biaya tenaga kerja dan
bahan baku.
c.
Biaya Total (Total
Cost atau TC): jumlah antara biaya tetap dengan biaya variabel.
TC =
FC + VC
d.
Biaya tetap rata-rata (Average Fixed Cost atau AFC): biaya yang dibebankan pada setiap
unit produksi.
Keterangan:
Q
= jumlah barang.
e.
Biaya variabel rata-rata (Average Variable Cost atau AVC): biaya variabel yang dibebankan
pada setiap unit produksi.
Ketangan:
Q
= jumlah barang.
f.
Biaya total rata-rata (Average Cost atau AC): biaya total yang dibebankan pada setiap unit
produksi.
TC = AFV + AVC
Atau
g.
Biaya marginal (Marginal
Cost atau MC): biaya karena adanya tambahan satu unit produksi. Biaya
marginal merupakan turunan pertama dari fungsi TC.
atau MC = TCi
Ketangan:
TCi = turunan dari
fungsi TC.
Menurut
pendapat kelompok, biaya produksi merupakan langkah terpenting dalam kegiatan manufacturing. Biaya produksi merupakan
pengeluaran perusahaan yang diakumulasi pada saat proses produksi seperti biaya
bahan, biaya tenaga kerja dan biaya lainnya.
2.3
Tujuan
Rencana Bisinis
Tujuan
rencana bisinis dalam aspek finansial biasanya untuk meningkatkan kekayaan
perusahaan yang diukur dengan naiknya nilai saham. Secara ringkas
dapat dijelaskan bahwa ada lima faktor dalam proses perencanaan bisnis yaitu (repository.usu. 2012):
a.
Menghindari resiko kerugian.
Untuk mengatasi resiko kerugian dimasa yang akan datang,
karena dimasa yang akan datang ada kondisi ketidakpastian. Kondisi ini ada yang
dapat diramalkan atau memang dengan sendirinya terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam
hal ini fungsi perencanaan bisnis adalah untuk meminimalkan resiko yang tidak
kita inginkan, baik resiko yang dapat dikendalikan maupun tidak dapat
dikendalikan.
b.
Memudahkan perencanaan.
Jika kita sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi di
masa yang akan datang, maka akan memudahkan kita dalam melakukan perencanaan
dan hal-hal apa saja yang perlu direncanakan. Perencanaan disini meliputi
berapa jumlah dana yang diperlukan, kapan usaha akan dijalankan, dimana melaksanakannya,
bagaimana cara menjalakannya, berapa besar keuntungan yang akan diperoleh serta
bagaimana mengawasinya jika terjadi penyimpangan.
c.
Memudahkan pelaksanaan pekerjaan.
Dengan adanya berbagai rencana yang telah disusun akan
sangat memudahkan pelaksanaan bisnis. Para pelaksana yang mengerjakan bisnis tersebut
telah memiliki pedoman yang harus diikuti. Kemudian pengerjaan usaha dapat
dilakukan secara sistematik, sehingga tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang
sudah disusun.
d.
Memudahkan pengawasan.
Dengan telah dilaksanakannya suatu usaha atau bisnis
sesuai dengan rencana yang sudah disusun, maka akan memudahkan perusahaan untuk
melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha tersebut. Pengawasan ini perlu dilakukan
agar pelakasana usaha tidak melenceng dari rencana yang telah disusun.
e.
Memudahkan pengendalian.
Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan
pengawasan maka jika terjadi suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga
akan dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan
pengendalian adalah untuk mengendalikan pelaksanaan pekerjaan tidak melenceng
dari rel yang sesungguhnya, sehingga pada akhirnya tujuan perusahaan akan
tercapai.
Menurut
pendapat kelompok tujuan rencana bisnis dalam aspek finansial merupakan suatu perencanaan strategi
perusahaan yang gunanya untuk mencari keuntungan terutama dalam pengambilan
keputusan dalam berinvestasi.
2.4
Metode
Analisis Investasi
Aspek
finansial dipilih sebagai aspek penentu dan paling penting dalam rencana
investasi yang layak atau tidak. Hal tersebut dikarenakan apabila aspek
finansial memberikan hasil yang tidak layak, maka usulan proyek akan ditolak
karena tidak memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan. Aspek finansial
ditemukan beberapa hal yaitu (library.binus,
2012):
1.
Depresiasi atau penyusutan modal
Depresiasi
atau penyusutan modal adalah suatu komponen yang terpenting dalam analisa
ekonomi teknik, terutama yang berkaitan dengan pajak. Depresiasi pada dasarnya
adalah penurunan nilai suatu aset fisik seperti mesin, peralatan produksi,
bangunan pabrik dan lain-lain karena waktu dan pemakaian aset atau aktiva
tersebut. Penyusutan atau berkurangnya
nilai suatu
peralatan ada umumnya di perhitungkan
setiap tahun sampai peralatan modal tersebut tidak dapat dipergunakan atau apabila dipergunakan sudah tidak ekonomis lagi. Untuk menghitung depresiasi, ada 3 (tiga) komponen utama yang digunakan, yaitu (library.binus, 2012)::
a.
Nilai Sekarang (P)
Nilai
sekarang
adalah
harga
dari peralatan pada waktu
sekarang.
Apabila
perhitungan depresiasi dihitung
sejak peralatan masih baru, maka nilai sekarang merupakan harga terpasang diperalatan tersebut.
b.
Nilai Sisa (S)
Nilai
dari
peralatan
pada
akhir
guna
pemakaian,
dalam
hal ini
penentuan harganya adalah dengan memperkirakan engan kondisi yang ada.
c.
Umur Ekonomis
(N)
Umur produktif
yang
menunjukkan lamanya asset tersebut ingin dioperasikan
secara ekonomis. Terkadang
untuk menentukan umur sebenamya
sulit ditentukan dengan baik, sehingga taksiran
harga berdasarkan pengalaman dianggap perlu.
2.
Net Cash Flow
Pengertian
cash flow adalah
suatu gambaran tentang perkembangan uang sesuai dengan waktu.
Digunakannya aliran
kas ini disebabkan karena dengan
kas dapat ilakukan investasi dan dengan kas pula dapat dibayar kewajiban
finansial yang ada. Jika
rus uangnya keluar disebut cash out flow sedangkan apabila
arus uangnya masuk disebut
cash in flow. Selisih
dari cash
out flow dan cash in flow disebut
net cash flow
Kriteria pemilihan investasi
terdiri dari beberapa macam metode. Metode-metode tersebut dipakai untuk
memudahkan perusahaan dalam berinvestasi. Berikut metode analisis investasi (Freddy.
2000):
a.
Payback Period (PP)
b.
Return on Investment (ROI)
c.
Internal Rate of Return (IRR)
d.
Profitaility Index (PI)
e.
Net Present
Value (NPV)
Menurut pendapat kelompok, metode analisis
investasi merupakan metode yang dipakai untuk memperhitungkan biaya yang di
keluarkan perusahaan dalam berinvestasi. Metode-metode tersebut nantinya dapat
memberikan informasi apakah investasi perusahaan layak atau tidak.
2.5
Payback Period (PP)
Definisi Payback Period adalah suatu periode yang menunjukan berapa lama modal yang ditanam
dalam proyek tersebut dapat kembali (Freddy.
2000). Payback
Period (PP) merupakan salah satu metode perhitungan Capital Budgeting yang relatif
sederhana. Payback Period merupakan
penentuan jangka waktu yang dibutuhkan untuk menutup initial investment dari
suatu proyek dengan menggunakan cash inflow yang dihasilkan
oleh proyek tersebut (Johar, 2006). Metode ini dapat ditulis dalam sebuah rumus:
Menurut
pendapat kelompok, Payback
Period adalah metode yang paling mudah
karena tidak mempertimbangkan tingkat bunga sebagai imbalan yang diharapkan
atas suatu proyek yang ditanamkan, metode ini semakin cepat kembali maka
semakin baik, karena hal itu berarti penerimaan ditahun selanjutnya adalah
keuntungan atau laba
bagi perusahaan.
2.6
Return on
Investment (ROI)
Pengembalian
atas investasi atau asset (Return on
Investment - ROI) adalah perbandingan dari pemasukan (income) per tahun terhadap dana investasi. Dengan demikian
mengindikasikan profitabilitas suatu investasi. Rumusnya adalah sebagai berikut (kk.mercubuana, 2012):
ROI =
Investasi dapat dinyatakan dalam berbagai
bentuk:
a.
ROI
=
b.
ROI
=
c.
ROI
=
Apabila Semakin besar ROI semakin disukai investor. ROI
dapat dijadikan patokan untuk menerima atau menolak usulan proyek. ROI memiliki
beberapa keuntungan dan keterbatasan diantaranya:
1.
Keuntungan menggunakan
ROI
a. Mudah
dipahami dan tidak sulit menghitungnya.
b. Tidak
seperti periode pengembalian, lingkup pengkajian kriterian ini menjangkau
seluruh umur investasi. Dengan demikian, wawasannya lebih luas.
2.
Keterbatasannya
terutama disebabkan oleh:
a. Terdapat
berbagai variasi cara menghitung ROI sehingga seringkali sulit menentukan besar
angka ROI yang akan dipakai sebagai patokan menerima atau menolak usulan
investasi.
b. Tidak
menunjukkan profil laba terhadap waktu. Hal ini dapat menyebabkan keputusan
yang kurang tepat. Misalnya, ada dua rencana investasi, yaitu satu memiliki
pemasukan atau laba
yang lebih besar di tahun-tahun awal, jadi l;ebih disukai, tetapi mungkin
memiliki ROI yang sama besar.
c. Tidak
mempertimbangkan nilai waktu dari uang.
Menurut pendapat kelompok, Return on Investment (ROI) merupakan suatu metode yang menentukan usulan
investasi berdasarkan angka ROI. Apabila ROI yang dikeluarkan kurang dari angka
tersebut maka keuntungan dalam investasi tidak disetujui.
2.7
Internal
Rate of Return (IRR)
Internal
Rate of Return (IRR) adalah
tingkat discount (discount rate) yang
menyamakan nilai sekarang dari aliran kas yang akan terjadi (PV inflows) dengan nilai sekarang aliran
kas keluar mula-mula (PV investment cost). arus pengembalian
internal (Internal Rate Of Return –
IRR) adalah arus pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas masuk = NPV
aliran kas keluar. Pada metode NPV analisis dilakukan dengan menentukan
terlebih dahulu besar arus pengembalian (diskonto) (i), kemudian dihitung nilai
sekarang neto (PV) dari aliran kas keluar dan masuk. Untuk IRR ditentukan dulu
NPV = 0, kemudian
dicari berapa besar arus pengembalian (diskonto) (i) agar hal tersebut terjadi Rumusnya
adalah sebagai berikut (kk.mercubuana,
2012).:
n (C)t
n (Co)t
∑ ---------- - ∑ ---------- = 0
t=0 (1 + i)t t=0 (1 + i)t
dimana : ( C ) t = Aliran kas masuk tahun ke t
(Co)t = aliran kas keluar tahun ke t
n = umur unit usaha hasil investasi
i = Arus pengembalian (rate of return)
t = waktu
Karena aliran
kas keluar proyek umumnya merupakan biaya pertama (Cf). Maka persamaan di atas
dapat disederhanakan menjadi:
n (C)t
∑ ---------- -
(Cf) = 0
t=0 (1 + i)t
Menganalisis
usulan proyek dengan IRR memberi kita petunjuk sebagai berikut :
a.
IRR > arus
pengembalian (i) yang diinginkan (Required
Rate Of Return –RRR), proyek diterima. Apabila suatu proyek mempunyai IRR
lebih besar daripada biaya dana (cost of
fund) maka proyek diterima. Ini berarti proyek menguntungkan karena ada
kelebihan dana bagi shareholder setelah dana yg dihasilkan proyek digunakan
untuk membayar modal.
b.
IRR < arus
pengembalian (i) yang diinginkan (Required
Rate Of Return –RRR), proyek ditolak.
Menurut
pendapat kelompok, Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu metode yang dapat menunjukan tingkat bunga yang menyamakan
PV pengeluaran dan PV penerimaan.
2.8
Profitaility
Index (PI)
Profitaility Index (PI) adalah metode peniilaian kelayakan investasi yang mengukur tingkat kelayakan
investasi berdasarkan rasio antara nilai sekarang aruskas masuk total (TPV)
dengan nilai sekarang investasi inisial (Io) (library.binus, 2012)
Menurut pendapat kelompok, Profitaility
Index (PI) merupakan
suatu metode antara variasi lain dari kriteria NPV yang menunjukan kemampuan
mendatangkan laba persatuan nilai investasi.
2.9
Net Present Value (NPV)
NPV
(Net Present Value) merupakan nilai
dari proyek yang bersangkutan yang diperoleh berdasarkan selisih antara cash flow yang dihasilkan terhadap
investasi yang dikeluarkan. NPV merupakan arus kas yang
diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskontokan pada saat ini.Untuk
menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya
operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang
direncanakan. NPV adalah selisih antara present value dari investasi dengan
nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan
datang. NPV > 0 (nol) → usaha atau proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan. NPV < 0
(nol) → usaha atau proyek
tidak layak (feasible) untuk
dilaksanakan. NPV = 0 (nol) → usaha
atau proyek berada dalam keadaan BEP dimana
TR=TC dalam bentuk present value. Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang
perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan
benefit dari proyek yang direncanakan (Husnan, 2009).
Net Present Value (NPV) merupakan Suatu investasi dikatakan menguntungkan
kalau investasi tersebut bisa membuat pemodal menjadi lebih kaya. Dan karena
investasi dalam hal ini adalah investasi jangka panjang, maka setelah kita
dapat menghitung berapa arus kas/pendapatan yang kita terima selama usia proyek
tidak dapat begitu saja kita jumlahkan lalu dikurangi dengan jumlah investasi
yang telah kita tanamkan Indikasi NPV Mengkaji usulan proyek dengan NPV memberikan
petunjuk (indikasi) sebagai berikut (kk.mercubuana,
2012):
NPV = positif, berarti usulan proyek dapat diterima, semakin tinggi angka
NPV semakin baik.
NPV =
negative, berarti usulan proyek ditolak
NPV = 0,
berarti netral.
1.
Kelebihan metode NPV:
NPV memiliki beberapa kelebihan. Berikut ini kelebihan dari NPV:
a.
Memasukkan factor nilai waktu dari uang
b.
Mempertimbangkan semua aliran kas proyek
c.
Mengukur besaran absolute dan
bukan relatif, sehingga mudah mengikuti kontribusinya terhadap usaha
meningkatkan kekayaan perusahaan atau pemegang saham.
Menurut
pendapat kelompok, NPV merupakan metode yang didasarkan pada konsep mendiskonto seluruh aliran kas ke nilai sekarang. Dengan
mendiskonto semua aliran kas masuk dan keluar selama umur proyek (investasi) ke
nilai sekarang, kemudian menghitung angka neto maka akan diketahui selisihnya
dengan memakai dasar yang sama, yaitu harga (pasar) saat ini.
2.10
Break Even Point
Break
Even Point (BEP)
adalah volume produksi di mana suatu perusahaan tidak menghasilkan keuntungan atau kerugian. Setiap
kenaikan produksi dari hasil
tingkat dalam pembuatan keuntungan,
sementara penurunan apapun akan
mengakibatkan kerugian. Oleh karena itu perusahaan berusaha untuk melebihi titik ini sehingga mereka dapat membuat keuntungan.
Konsep analisi BEP tergantung pada teori marjinal biaya.
Di bawah ini, total
biaya manufaktur atau
menghasilkan produk atau jasa dapat
dipisahkan menjadi dua bagian
yang berbeda: biaya tetap dan
variabel. Biaya tetap dikatakan
tetap konstan tidak peduli variasi dalam volume produk, sedangkan variabel (marjinal) biaya bervariasi langsung
dengan volume produksi (Nwachukwu 2004).
Menurut
Sutrisno (2010), analisa Break Even Point
dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran tujuan perusahaan, kegunaan
bagi menejemen antara lain sebagai dasar atau landasan merencanakan
kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu.yang kedua,
sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang
berjalan yaitu alat untuk pencocokan antara realisasi dengan angka-angka dalam
perhitungan Break Even atau dalam
gambar Break Even. Sebagai bahan
pertimbangan dalam penentuan harga jual yaitu setelah diketahui hasil
perhitungan menurut hasil analisa Break
Even dan laba yang ditargetkan. Sebagai dasar pertimbangan dalam
pengambilan keputusan yang harus dilakukan seorang manager suatu
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Johar, dkk. 2006. Manajemen rumah sakit modern berbasis
komputer (mencangkup aspek pemasaran
dan manajemen keuangan). Jakarta: Elex Media Komputindo.
Husnan,
S. 2009. Pembelanjaan Perusahaan (Dasar-Dasar Manajemen Keuangan), Edisi
5. Yogyakarta: Liberty.
Lab
Industri Lanjut. 2012. Aspek ekonomi dan Finansial.
Universitas Gunadarma.
Nwachukwu, C.C. 2004. Management: Theory and practice. pp.
265-267. Africana First Publishers Limited, Onitsha, Nigeria: Anambra State.
Rangkuti, Freddy. 2000. Business Plan (teknik membuat perencanaan
bisnis dan analisis kasus. Jakarta: Gramedia
Sutrisno. 2010. Manajemen
Keuangan : Teori, Konsep Dan Aplikasi. Jakarta: Prenada
Media Group.
Tangkilisan,
Hessel Nogi S. 2005 Manajemen Publik.
Jakarta: Grasindo
Untoro,
Joko. 2010. Buku pintar pelajaran.
Jakarta: Wahyu Media.
http://kk.mercubuana.ac.id/ diunduh 05 November 2012
http://library.binus.ac.id./ diunduh 25 November 2012
http://repository.ipb.ac.id/ diunduh 25 November 2012
http://repository.usu.ac.id/ diunduh 25 November 2012