................................... ...................................
Tags Populer: #Contoh Proposal #Contoh Surat #Autolike Update #Belanja Online
Friday, June 03, 2011

Kenapa sih remaja merokok?

Salah satu hal yang masih memprihatinkan di dunia remaja saat ini adalah aktivitas merokok. Semakin bertambahnya tahun, fenomena merokok di kalangan pelajar semakin marak. Kalau dulu usia paling muda yang berani merokok adalah SMP, kini kita sudah bisa menemukan anak kelas 4 SD yang merokok secara diam-diam bahkan terang-terangan itu kenyataan yang kita alami saat ini .

Perilaku merokok akan memberikan dampak bagi kesehatan sesorang  secara jangka pendek maupun jangka panjang yang nantinya akan ditanggung tidak saja oleh diri kita sendiri tetapi juga akan dapat membebani orang lain.



Ada beberapa faktor yang mendorong remaja untuk merokok, di antaranya:
1. Faktor orangtua dan keluarga
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Selain itu, anak-anak yang mempunyai orang tua perokok, lebih rentan untuk terpengaruh dan mencontoh orang tuanya.

Beberapa kesalahan yang sering tanpa disadari dilakukan oleh orangtua dalam memperlakukan anak-anak adalah:

· Sikap toleransi yang berlebihan sering diberikan kepada anak-anak yang masih kecil. Mereka dibiarkan atau dimaklumkan untuk berbuat apa saja sesuka hatinya gantinya mengajarkan mereka untuk mengenal mana yang baik dan mana yang tidak . Kebiasaan untuk berbuat semaunya sejak kecil akan terbawa sampai mereka besar, membuat mereka tumbuh menjadi anak yang tidak menurut dan tidak menghormati orangtuanya.

· Ibu-ibu yang sedang sibuk melakukan pekerjaannya atau mengerjakan hobinya terkadang menolak anak-anak yang datang meminta perhatian. Anak-anak disuruh untuk mencari orang lain untuk menolong mereka atau mereka diminta untuk mengerjakan hal yang lain dulu sambil menunggu ibunya menyelesaikan pekerjaannya.

· Anak-anak yang sering mendapat sambutan dingin dari orangtuanya, pada tahun-tahun berikutnya sering ditemukan menjadi anak yang suka bolos, merokok, miras, narkoba, nonton blue film, prestasi akademiknya bermasalah, teenage pregnancy, dlsb , hal ini disebabkan mereka selalu merasa bahwa mereka harus menghadapi segala sesuatunya sendirian atau mencari jalan keluar dari orang/sumber yang lain. Sebaliknya, jika para ibu mau mengambil waktu sebentar meninggalkan pekerjaan atau hobi yang sedang dilakukan untuk memberikan respon yang baik kepada anak-anak yang datang kepada mereka maka anak-anak akan mempelajari pelajaran kecil sejak usia dini bahwa saat dalam ketakutan, kesusahan maka ibunya senantiasa akan memberikan BANTUAN untuknya.

· Seringkali orangtua memberikan perhatian yang berlebihan kepada salah satu anak mereka. Hal ini dapat membuat anak berasumsi bahwa dia sangat spesial dirumah itu. Perasaan sebagai seorang yang special bisa membuat anak melakukan hal-hal yang dapat menjengkelkan anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu, orangtua sebaiknya berlaku adil kepada setiap anak. Memberikan tugas/tanggungjawab kepada semua anak-anak adalah solusi yang tepat, tentu saja disesuaikan dengan usia masing-masing anak.


2. Teman yang  merokok

Banyak fakta membuktikan bahwa remaja perokok, kemungkinan besar teman-temannya juga perokok, dan sebaliknya. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok

3. Pribadi seseorang

Ada yang mencoba merokok hanya karena alasan ingin tahu. Mungkin juga karena ingin mengobati rasa sakit fisik maupun jiwa, mengusir bosan. Selain alasan tersebut, konformitas sosial juga menjadi pemicu. Orang yang memiliki skor tinggi pada tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah

4. Iklan rokok ternyata

Iklan-iklan di berbagai media yang memberikan gambaran bahwa perokok adalah lambang keglamouran, cowok banget, memicu remaja untuk ikut berperilaku seperti itu.

Nah, jika kamu sudah terperangkap dalam status perokok saat ini, tenang saja. Ada berbagai upaya pencegahan jika kamu ingin berubah.

1. Kampanye anti rokok juga bagus loh untuk mencegahnya, apalagi jika melibakan sekolah, televisi, radio, dan berbagai media lainnya. Tentunya dengan menyampaikan pesan-pesan yang bermakna.

2. Orang tua merokok? Tidak harus ditiru, kan? Ingat, kita punya akal sehat dan sudah mempunyai kemampuan untuk memutuskan sendiri mana yang baik untuk dirimu.

3. Meskipun iklan-iklan rokok sekarang ini bagus-bagus, sebaiknya kita harus mulai belajar untuk tidak terpengaruh.

4. Orang tuaku tidak merokok, tapi teman-temanku merokok. Gimana, ya? Tak ada salahnya kamu menolak. Percaya dirilah untuk menolak godaan tersebut. Coba berikan alasan yang logis pada mereka, misalnya dampak negatif merokok itu bagaimana, lebih banyak manfaatnya atau kerugiannya, dll.

5. Ikut pelatihan atau semacam gerakan anti merokok, seru juga tuh! Kamu akan belajar berkomunikasi, membuat keputusan sendiri, berlatih untuk menyesuaikan diri dengan rasa cemas (anxietas), belajar untuk menghadapi tekanan dari kelompok/teman sebaya, dll.

6. Yang paling penting adalah motivasi dari dalam dirimu sendiri untuk tidak merokok. Larangan, hukuman, atau pun paksaan akan percuma jika tak ada dorongan dari dalam diri remaja itu sendiri.

Ada beberapa cara/metode yang digunakan oleh orangtua dalam mendidik anaknya, dikenal dengan istilah “Parenting Style”, yaitu:

1. Metode 1 (metode Autocratic)

“Do what I say because I say so”
Pendekatan mendidik anak dengan metode ini menjadikan anak untuk selalu melakukan apa yang orangtua katakan. Orangtua tidak pernah bertanya kepada anak apa yang sebenarnya mereka inginkan. Metode seperti ini akan membuat anak-anak tumbuh menjadi anak yang tidak bertanggungjawab karena mereka tidak terbiasa atau terlatih untuk mengetahui bagaimana membuat keputusan sendiri dan menerima konsekuensinya.


2. Metode 2
Orangtua demokrasi membesarkan anak yang kooperatif dan bertanggungjawab dengan mengijinkan mereka membuat pilihan-pilihan dan menuntut mereka bertanggungjawab atas keputusan-keputusannya. Inilah yang membantu mengembangkan tanggungjawab anak.






0 komentar:

Post a Comment

Silahkan Berkomentar Sahabat. Jangan malu untuk menulis komentar. Pembaca yang baik akan selalu berkomentar Positif. Semoga komentar anda dapat memberi inspirasi bagi penulis. Dimohon untuk tidak berkomentar dengan Kata-kata yang dianggap tidak sopan. "Komentar Akan di Moderasi" Terimakasih dan Mohon Maaf Jika Komentar Lambat di Respon... Tinggalkan jejakmu Dibawah ini:

Terima Kasih Sudah Menyempatkan Waktu untuk Berkomentar

free counters
Memuat...