................................... ...................................
Tags Populer: #Contoh Proposal #Contoh Surat #Autolike Update #Belanja Online
Saturday, January 18, 2014

Landasan Teori Penjadwalan

Seiring perkembangan jaman yang semakin maju membuat kehidupan manusia harus selalu berkreatif agar tercipta suatu cara untuk memecahkan persoalan terutama masalah penjadwalan suatu mesin. Penggunaan penjadwalan pada mesin sangat diperlukan supaya mengurangi timbunan pekerjaan yang terlalu banyak dan kepadatan dalam waktu pemrosesan. Masalah penjadwalan merupakan aspek yang sangat penting dalam dunia industri, karena dalam pekerjaan mesin terdapat pemrosesan yang memakan banyak waktu dalam pengerjaannya. 

 Penjadwalan merupakan pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi. Penjadwalan mencangkup kegiatan yang mengalokasikan fasilitas, peralatan, ataupun tenaga kerja. Dalam pengambilan keputusan penjadwalan merupakan langkah terakhir sebelum dimulainya operasi. Selain itu penjadwalan pekerjaan digunakan untuk mengefektivitaskan penggunaan sumber daya yang ada sehingga keperluan pemakai atau pengguna terpenuhi. 

Panjadwalan memiliki beberapa teknik, salah satunya yaitu dengan metode Johnson atau CDS (Campbell Dudeck and Smith). Teknik yang digunakan tergantung volume produksi, keaadaan operasi, kompleksitas dari pekerjaan itu sendiri dan pengendalian yang diperlukan selama proses. Metode Johnson adalah suatu metode yang dapat digunakan untuk penjadwalan pekerjaan yang terdiri dari dua orang pekerja yang ditugaskan, atau dua buah mesin tersedia yang digunakan. Apabila jumlah pekerja lebih dari dua, maka metode ini tidak bisa dipakai. Akan tetapi jumlah pekerjaan yang dijadwalkan untuk dilakukan atau yang akan diprosesnya dapat lebih dari dua buah. 

Metode johnson digunakan untuk menemukan urutan yang optimal pekerjaan untuk mengurangi makespan (jumlah total waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan). Urutan proses kerja dalam metode johnson yaitu menyelesaikan pekerja atau mesin pertama setelah itu dilanjutkan ke pekerja atau mesin kedua. Metode CDS merupakan metode yang sama dengan metode johnson akan tetapi penerapan cara penggunaanya berbeda, jika metode johnson hanya dapat digunakan untuk banyaknya mesin kurang dari 2, metode CDS dapat digunakan untuk banyaknya mesin lebih dari 3. 

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengambil judul Mempelajari Penjadwalan Operasi Kerja Mesin XYZ Pada Devisi Produksi di XXX.  Dalam proses produksi PT XXX belum melakukan suatu kegiatan penjadwalan kerja mesin dalam produksi. Hal ini mengakibatkan jumlah produk yang dihasilkan oleh mesin tidak sesuai dengan yang diharapkan. Penjadwalan memiliki unsur yang sangat vital antara lain daya mesin dan masing-masing tugasnya yang dikenal dengan pekerjaan-pekerjaanya (Job). Untuk melakukan penjadwalan dengan baik, maka waktu proses kerja mesin serta jenis pekerjaan yang akan dijadwalkan perlu diketahui. 

2.1 Pengertian Penjadwalan
Pada Teknik Industri terdapat beberapa metode penjadwalan yang dipelajari. Metode penjadwalan yang sering dipelajari adalah penjadwalan dengan metode Jhonson, Gupta, Rapid Access Procedure (RA), Palmer, CDS, NEH. Pada metode ini dapat disimpulkan bahwa waktu kerja mesin akan efektif apabila pengurutan jadwal pekerjaan mesin dilakukan, Berbagai pengertian maupun definisi telah dikemukakan oleh peneliti untuk menjelaskan penjadwalan. Penjadwalan adalah alokasi sumber-sumber untuk melaksanakan sekumpulan tugas berdasarkan waktu. Pengertian ini membawa dua hal yang penting yaitu:
1. Penjadwalan merupakan suatu fungsi pengambil keputusan, yaitu sebuah proses untuk membuat suatu jadwal. Dalam pemahaman ini, apa yang dipelajari dalam penjadwalan dapat mempengaruhi fungsi pengambil keputusan yang lain dan membawa pengaruh-pengaruh praktis. 
2. Penjadwalan merupakan sekumpulan prinsip, model, teknik dan kesimpulan logis yang memberikan pemahaman terhadap fungsi penjadwalan. 

Menggunakan metode Jhonson dalam penjadwalan tugas pekerjaan membutuhkan langkah-langkah pengerjaan, langkah-langkah tersebut diawali dengan mengidentifikasi seluruh pekerjaan atau order yang akan dikerjakan dan waktu pengerjaan masing-masing pekerjaan secara jelas. Selanjutnya memilih pekerjaan dengan waktu pengerjaan tercepat dan secara berurutan tercepat berikutnya, sehingga pekerjaan yang memiliki waktu pekerjaan yang menggunakan waktu paling lama. Apabila pada poin kedua pekerjaan tercepat itu terletak pada pekerja atau mesin pertama maka tentukan pekerjaan itu sebagai pekerjaan pertama untuk mesin yang dijalankan. Tetapi jika pekerjaan itu sebagai pekerjaan terletak pada pekerja atau mesin kedua maka tentukan pekerjaan itu sebagai pekerjaan akhir untuk pekerja atau mesin kedua. Selanjutnya membuat penjadwalan pekerjaan secara lengkap sehingga diketahui waktu penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan. 

Dalam prakteknya metode CDS sering sekali melibatkan sejumlah besar pekerjaan yang harus diproses oleh banyak mesin. Penjadwalan metode CDS merupakan pendekatan dari metode Jhonson yang bertujuan untuk menjadwalkan sejumlah pekerjaan dua mesin seri, akan tetapi metode CDS dapat digunakan untuk menjadwalkan sebuah mesin lebih dari tiga, berbeda dengan metode Jhonson yang hanya bisa dilakukan apabila jumlah mesin kurang dari tiga. Secara umum metode penjadwalan mempunyai beberapa tujuan. Berikut tujan penjadwalan yang sering dilakukan antara lain: 
1. Mengefisiensikan pemakaian sumberdaya dan minimasi makespan
2. Meminimasi rata-rata Flowtime (Total waktu kerja)
3. Memenuhi batas waktu, seperti (due date, tardiness, lateness). Penjadwalan terdapat Beberapa definisi. Berikut ini pengertian dari definiisi-definisi dari penjadwalan.

a. Processing Time (ti) : waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu operasi termasuk persiapan dan pengaturan proses.
b. Due Date (di) : batas waktu yang diperbolehkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
c. Completion Time (ci) : rentang waktu mulai dari awal (t=0) sampai pekerjaan I selesai dikerjakan.
d. Lateness (Li) : perbedaan antara completion time dengan due date, sehingga bisa (+) atau (-).
Li = ci - di < 0 (negative) : saat penyelesaian memenuhi batas
Li = ci - di > 0 (positif) : saat penyelesaian melampaui batas → Tardy job
e. Tardines (Ti) : keterlambatan penyelesaian suatu pekerjaan dari saat due date.
Ti = max {0,Li} : hanya melihat Li yang > 0, dimana 1≤ I ≤ N
f. Slack Time (Si) : waktu sisa yang tersedia bagi suatu pekerja (waktu proses – due date). Si = di - ti
g. Flow Time (Fi) : waktu antara saat dimana pekerja I telah siap untuk dikerjakan sampai pekerjaan selesai.
h. Waiting Time (Wi) : waktu tunggu pekerja I dari saat pekerjaan siap dikerjakan sampai saat operasi pendahuluan selesai
i. Makespan (Ma) : jangka penyelesaian suatu penjadwalan (penjumlahan seluruh waktu proses). Ma = Cmax
j. Ready Time (Ri) : menunjukkan saat pekerja ke-I dapat dikerjakkan (siap dijadwalkan)


Menurut Baker 1979, jika makespan suatu penjadwalan adalah konstan, maka urutan kerja yang tepat akan menurunkan flow time dan rataan work in proses. 24 Keputusan yang dibuat dalam penjadwalan meliputi pengurutan pekerjaan (sequencing), waktu mulai dan waktu selesai pekerjaan (timing), urutan operasi untuk suatu pekerjaan (routing). Masalah penjadwalan selalu berkaitan dengan pengurutan produksi (sequencing) yang didefinisikan sebagai penentuan uruturutan kedatangan dari bermacam-macam pekerjaan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Masalah penjadwalan seringkali muncul jika terdapat sekumpulan tugas secara bersamaan, sedangkan peralatan yang dimiliki terbatas.

2.2 Tujuan Penjadwalan
Penjadwalan memiliki tujuan secara umum. Berikut ini beberapa tujuan dalam penjadwalan:
1. Efisiensi pemakaian sumber daya dan meminimasi makespan.
2. Agar lebih responsif terhadap permintaan. Meminimasi rata-rata flowtime atau rata-rata waktu menunggu (tardiness).
3. Meningkatkan produktivitas mesin dengan jalan meminimasi waktu menganggur mesin.
4. Penjadwalan menambah kapasitas dan fleksibilitas yang terkait memberikan waktu pengiriman yang lebih cepat dan dengan demikian pelayanan kepada pelanggan menjadi lebih baik.
5. Memenuhi batas waktu (due date), serta mengurangi lateness atau keterlambatan.

2.3 Klasifikasi Penjadwalan
Penjadwalan produksi dapat berbeda-beda ditinjau dari keadaan yang mendasarinya. Beberapa model penjadwalan yang ada pada proses produksi berdasarkan beberapa keadaan antara lain:
1. Berdasarkan mesin yang digunakan dalam proses, terdiri dari:
a. Scheduling pada mesin tunggal (single machine shop)
b. Scheduling pada mesin jamak (m machine)

2. Berdasarkan pola aliran proses, terdiri dari:
a. Flow Shop
Adalah sebuah proses produksi dengan aliran dari satu mesin ke mesin lain. meskipun pada flow shop semua tugas akan mengalir pada jalur produksi yang sama, yang disebut sebagai pure flow shop, tetapi dapat pula berbeda dalam dua hal. Pertama, jika flow shop dapat menangani tugas yang bervariasi. Kedua, jika tugas yang dating ke dalam flow shop tidak harus dikerjakan pada semua jenis mesin. Jenis flow shop seperti ini disebut general flow shop.
b. Job Shop
Proses produksi dengan aliran job shop berarti proses pengurutan pekerjaan untuk lintasan produk yang tidak beraturan atau tidak selalu sama untuk setiap jobnya. Setiap pekerjaan yang dikerjakan dengan urutan mesin tertentu sesuai dengan kebutuhan prosesnya. Dengan demikian pola alirannya berbeda-beda, tidak selalu dalam satu arah. Keluaran dari setiap mesin untuk jenis job shop biasanya berarti langsung sebagai produk jadi sehingga dapat juga berarti produk setengah jadi.

3. Berdasarkan Pola kedatangan Job, terdiri dari:
a. Penjadwalan Statis
Pengurutan pekerjaan terbatas pada pesanan yang ada atau datang secara bersamaan dan siap untuk dikerjakan pada mesin yang tidak bekerja (menganggur). Dengan demikian, pekerjaan yang baru tidak akan mempengaruhi pengurutan pekerjaan yang telah dibuat.
b. Penjadwalan Dinamis
Pengurutan pekerjaan, dimana proses kedatangan pekerjaan tersebut tidak menentu, baik itu dari jumlah maupun kedatangannya.

4. Berdasarkan sifat informasi yang diterima, terdiri dari:
a. Penjadwalan Deterministik
Informasi yang diperoleh sudah diketahui dengan pasti, misalnya informasi tentang pekerjaan dan mesin seperti waktu kedatangan dan waktu prosesnya.
b. Penjadwalan Stokastik
Informasi yang diperoleh belum diketahui dengan pasti, oleh karena itu perlu memperkirakannya dengan menggunakan distribusi probabilitas.

5. Berdasarkan product positioning, terdiri dari:
a. Make to Order
Jumlah dan jenis produk yang dibuat berdasarkan permintaan dari konsumen, biasanya salah satu tujuannya adalah untuk mengurangi biaya simpan.
b. Make to Stock Jumlah dan jenis produk terus-menerus dibuat untuk disimpan sebagai persediaan (inventory).

2.4 Kendala-Kendala Dalam Penjadwalan
Dalam pelaksanaannya, penjadwalan proses produksi di tingkat shop floor akan mengalami gangguan atau hambatan-hambatan. Dengan adanya hambatan hambatan ini dapat mengganggu jalannya proses produksi. Berikut adalah hambatan-hambatan yang dapat terjadi, antara lain:
a. Mesin Rusak (Kerusakan Mesin)
Pada saat mesin rusak, maka operasi-operasi yang akan menggunakan mesin tersebut tidak dapat dikerjakan dan harus menunggu sampai mesin selesai diperbaiki. Hal ini mengakibatkan terhentinya proses produksi dan penjadwalan produksi yang semula telah dijadwalkan tidak dapat terpenuhi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyesuaian pada jadwal semula sehingga diperoleh kembali jadwal produksi yang fisibel. Penjadwalan ulang ini dikenal dengan istilah reschedulling. Prinsip yang dapat digunakan untuk pengembangan algoritma penjadwalan ulang untuk kasus mesin rusak telah dikembangkan oleh Santoso, yaitu:
- Penjadwalan ulang dilakukan dari titik waktu terjadinya gangguan.
- Operasi-operasi yang telah selesai dikerjakan sebelum titik waktu terjadinya gangguan, tidak diperhatikan lagi.
- Setelah mengidentifikasi mesin yang rusak, penjadwalan ulang dilakukan dengan mengundur waktu operasi sesuai dengan lama waktu perbaikan mesin.
- Penjadwalan ulang dilakukan untuk operasi-operasi yang belum dikerjakan.
- Operasi yang sedang dikerjakan pada saat terjadi gangguan tidak mengalami perubahan.

b. Penambahan Order Baru
Pada saat produksi berjalan, tidak tertutup kemungkinan akan terjadi penambahan order baru. Hal ini mengakibatkan pelaksanaan penjadwalan yang belum memperhitungkan pesanan baru tersebut akan mengalami gangguan atau kekacauan. Oleh karena itu perlu dilakukan reschedulling dengan mempertimbangkan oder baru. Prinsip yang telah dikembangkan Santoso untuk algoritma penjadwalan ulang untuk kasus masuknya order baru, yaitu:
- Penjadwalan ulang dilakukan dari titik waktu terjadinya gangguan.
- Operasi-operasi yang telah selesai dikerjakan sebelum titik waktu terjadinya gangguan, tidak diperhatikan lagi.
- Penjadwalan ulang dilakukan untuk operasi-operasi yang belum dikerjakan.
- Operasi yang sedang dikerjakan pada saat terjadi gangguan tidak mengalami perubahan.

c. Perubahan Prioritas
Perubahan prioritas pembuatan suatu produk akan mempengaruhi penjadwalan yang telah ditentukan. Prinsip yang telah dikembangkan Santoso untuk algoritma penjadwalan ulang untuk kasus perubahan prioritas sama dengan prinsip yang digunakan untuk kasus adanya penambahan order baru.

d. Perubahan Due Date
Perubahan due date ada dua macam, yaitu due date semakin maju atau due date semakin mundur. Penjadwalan produksi yang semakin mundur tidak akan mengubah penjadwalan produksi dan tidak akan mengakibatkan perubahan pada performansi penjadwalan semula. Tetapi, perubahan due date yang semakin maju akan mengubah penjadwalan produksi awal agar kriteria performansi yang dipilih dapat tetap dipertahankan dengan adanya perubahan due date tersebut.

2.5 Algoritma CDS (Campbell, Dudek, and Smith)
Metode penjadwalan N-job M-mesin menggunakan metode CDS. Metode CDS adalah pengembangan aturan Johnson untuk membuat m-1 jadwal yang mungkin dan memilih jadwal terbaik yang akan digunakan. Jika pada aturan Johnson yang digunakan sebagai dasar pemilihan ialah waktu terkecil di mesin pertama atau waktu terkecil di mesin m-2, sedangkan pada algoritma CDS digunakan t*i,1 dan t*2,2. Dan demikian modifikasi aturan Johnson untuk digunakan pada prosesor seri yang jumlahnya lebih dari dua atau lebih dikenal dengan sebutan algoritma N-job M-mesin atau algoritma Campbel. Langkah-langkah penjadwalan dengan algoritma CDS adalah sebagai berikut:
1. Ambil mesin 1 dan mesin M (mesin lain dianggap tidak ada). Lakukan aturan Johnson, diperoleh sequence 1 dan hitung makespannya.
2. Ambil mesin 1, mesin 2 dan mesin M, mesin M-1. Gabungkan waktu proses antara mesin 1 dan 2 juga mesin M dan M-1. Lakukan Aturan Johnson, diperoleh sequence 2 dan hitung makespannya.
• i 1i 2i K = M +M
• i Mi M-1i L = M +M
3. Ambil mesin 1,2,3 dan mesin M, M-1, M-2. Gabungkan waktu proses antara mesin 1, 2 dan 3 juga mesin M, M-1 dan M-2. Lakukan Aturan Johnson, diperoleh sequence 3 dan hitung makespannya.
• i 1i 2i 3i P = M +M +M
• i Mi M-1i M-2i Q = M +M +M
4. Lakukan terus sampai setiap mesin teranalisa makespan, tardiness, dan earlinessnya. Gambarkan dalam diagram Gantt untuk lebih jelasnya.
5. Pilih makespan yang terkecil. Urutan pengerjaan dari makespan tersebut yang dipilih untuk dijadikan jadwal.

Gambar 2.1. Skema Algoritma CDS
Gambar 2.1. Skema Algoritma CDS
2.6 Input Sistem Penjadwalan
Kita harus menentukan kebutuhan-kebutuhan kapasitas dari order-order yang dijadwalkan dalam hal macam dan jumlah sumber daya yang digunakan. Untuk produk-produk tertentu, informasi ini diperoleh dari lembar kerja operasi (berisi keterampilan dan peralatan yang dibutuhkan, waktu standar,dll) dan BOM (berisi kebutuhan-kebutuhan akan komponen, sub komponen dan bahan pendukung). Kualitas dari keputusan-keputusan penjadwalan sangat dipengaruhi oleh ketepatan estimasi input-input di atas. Oleh karena itu, pemeliharaan catatan terbaru tentang status tenaga kerja dan peralatan yang tersedia dan perubahan kebutuhan kapasitas yang diakibatkan perubahan desain produk/proses jadi sangat penting

 2.7 Output Sistem Penjadwalan
Memastikan bahwa suatu aliran kerja yang lancar melalui tahapan produksi, maka sistem penjadwalan harus membentuk aktivitas-aktivitas output sebagai berikut:
1. Pembebanan (loading). Pembebanan melibatkan penyesuaian kebutuhan kapasitas untuk order-order yang diterima / diperkirakan dengan kapasitas yang tersedia. Pembebanan dilakukan dengan menugaskan order-order pada fasilitas-fasilitas, operator-operator dan peralatan tertentu.
2. Pengurutan (sequecing) Pengurutan ini merupakan penugasan tentang order-order mana yang diprioritaskan untuk diproses dahulu bila suatu fasilitas harus memproses banyak job.
3. Prioritas job (dispatching) Prioritas job merupakan prioritas kerja tentang job-job mana yang diseleksi dan diprioritaskan untuk diproses.
4. Pengendalian kinerja penjadwalan, dilakukan dengan:
a.  Meninjau kembali status order-order pada saat melalui sistem tertentu.
b. Mengatur kembali urutan-urutan, misalnya: expediting, order-order yang jauh dibelakang atau mempunyai prioritas utama.
5. Up-dating Jadwal, dilakukan sebagai refleksi kondisi operasi yang terjadi dengan merevisi prioritas-prioritas. Bila digambarkan, elemen-elemen output-input, prioritas-prioritas dan ukuran kinerja kerja dari system penjadwalan akan tampak seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.2. Elemen-Elemen Sitem Penjadwalan
Gambar 2.2. Elemen-Elemen Sitem Penjadwalan
DAFTAR PUSTAKA
Baroto, Teguh, 2002, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Ghalia Indonesia, Jakarta
Baker, F. S., T. W. Daniel, dan J. A. Helms. 1979. Principles of Silviculture. New York: McGraw-Hill Inc. Book Co.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan Berkomentar Sahabat. Jangan malu untuk menulis komentar. Pembaca yang baik akan selalu berkomentar Positif. Semoga komentar anda dapat memberi inspirasi bagi penulis. Dimohon untuk tidak berkomentar dengan Kata-kata yang dianggap tidak sopan. "Komentar Akan di Moderasi" Terimakasih dan Mohon Maaf Jika Komentar Lambat di Respon... Tinggalkan jejakmu Dibawah ini:

Terima Kasih Sudah Menyempatkan Waktu untuk Berkomentar

free counters
Memuat...